TIDAK ADA DEMOKRASI TANPA PEREMPUAN
Samarinda - Perempuan AMAN bekerja sama dengan AMAN Kaltim, Forum Aktivis PereMpuan Muda indonesia (Famm - Indonesia) dan Just Associates (JASS) menggelar workshop dan diskusi dengan tajuk " Tidak Ada Demokrasi Tanpa Perempuan" pada hari sabtu, 8 Maret 2014. Acara ini adalah sesi kedua dari peringatan hari perempuan intetnasional yang diselenggarakan oleh perempuan AMAN
Rangkaian acara di mulai pada jam 09.00 wita di ruang rapat guest house Universitas Mulawarman - samarinda dengan dihadiri oleh rekan - tekan NGO, CSO serta ormas - ormas yang ada di samarinda dengan narasuber Prof. Aji Ratna dan Theresia Hosanna, SH, MH.
Acara dibuka oleh Margaretha Seting selaku fasilitator. Acara ini yang dilanjutkan dengan selayang pandang tentang sepak terjang Perempuan AMAN, dari tahun berdirinya perempuan AMAN hingga penyampaian beberapa program kerja Perempuan AMAN yang telah dan sedang dikerjakan.
Materi mengenai peranan perempuan didalam masyarakat termasuk kegiatan perempuan untuk terjun kedunia politik menyangkut undang - undang No. 10 tahun 2008 disampaikan oleh Prof. Aji Ratna. Menurut narasumber UU NO. 10 thn 2008 dianggap UU yang dilematis dimana walaupun dianggap sebagai langkah afirmatif tetapi menunjukan bahwa perempuan tidak mampu menunjukan upayanya sendiri. Harapannya tidak perlu lagi UU seperti ini kedepannya karena perempuan sudah mendapat tempat yang setara dengan laki-laki dibidang politik.
Materi mengenai peranan perempuan didalam masyarakat termasuk kegiatan perempuan untuk terjun kedunia politik menyangkut undang - undang No. 10 tahun 2008 disampaikan oleh Prof. Aji Ratna. Menurut narasumber UU NO. 10 thn 2008 dianggap UU yang dilematis dimana walaupun dianggap sebagai langkah afirmatif tetapi menunjukan bahwa perempuan tidak mampu menunjukan upayanya sendiri. Harapannya tidak perlu lagi UU seperti ini kedepannya karena perempuan sudah mendapat tempat yang setara dengan laki-laki dibidang politik.
Narasumer kedua yaitu Theresia Hosanna, SH, MH, yang kerupakan calon anggota legislatif dari Partai Demokrat lebih banyak melakukan "sharing" pengalaman dan dengar pendapat mengenai calon legislatif perempuan.
Tujuadari workshop dan diskusi ini yang pertama adalah agar perempuan adat dan Perempuan muda bisa memahami hak suara perempuan. Kedua, perempuan Adat dan perempuan muda bisa memilih calon legislatif perempuan yang sesuai dengan aspirasi. Ketiga, mengajak perempuan adat dan perempuan muda bisa lebih peduli pemilu yang jujur dan adil. Dan yang terakhir, perempuan Adat dan perempuan muda bisa memonitoring akses pemilihan legistlatif dan ikut serta terlibat dalam mencegah ketidakjujuran dalam proses pemilu.
Rekomendasi dari workshop dan diskusi ini adalah perlunya diskusi tindak lanjut tentang pendidikan Politik harus dilakukan meskipun tidak dilakukan semata-mata karena ada isu atau event tertentu seperti Pileg dalam waktu dekat. Tetapi dilakukan karena memang hal tersebut adalah hak asasi perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar