Bantuan dari posko peduli banjir dari lembaga non pemerintah |
Aman.kaltim.blogspot.com Fenomena banjir yang melanda beberapa Wilayah Kaltim dan Kaltara dirasakan kian
memprihatinkan dari waktu ke waktu dimana debit air kian naik dalam setiap
banjir melanda setidaknya ini yang diresahkan Fatma, Warga Kampung Lambing di
Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat, Kaltim yang rumahnya berada di
sekitar Sungai Kedang Pahu “Sungai ini sendiri sudah sudah tiga minggu
meluap lebih dan membuat rumah – rumah warga terendam banjir sehingga
harus mengungsi ketempat yang lebih tinggi “kami terpaksa mengungsi ke daerah
yang lebih tinggi karena air semakin naik.”tegas Fatma.
Fatma fatma
juga mengeluhkan kehadiran perkebunan – perkebunan raksasa terutaman perkebunan
kelapa sawit yang menurutnya berkontribusi paling besar sebagai penyebab banjir
“kami juga mulai merasakan penyakit yang aneh – aneh ketika banjir datang
mungkin karena zat – zat kimia dari dari perusahaan yang masuk ke sungai.
Banyak sekali dari kami yang menderita korengan, diare dan juga flu yang
berkepanjangan.”keluhnya.
Hal senada
juga diungkapkan Lusia dari Kampung Dingin, Kecamatan Muara Lawa, Kutai Barat,
Kaltim yang juga dilalui Sungai Kedang Pahu. Menurut Lusia dahulu banjir yang
terjadinya dikampungnya tidak sehebat sekarang dimana setiap banjir datang
hingga menenggelamkan rumah. Lusia memperkirakan Kehadiran perusahaan
pertambangan yang beroperasi sekitar tahun 2007 – 2008 ditambah lahi kehadiran
perkebunan kelapa sawit dalam skala besar yang membabat habis kayu – kayu besar
di hutan yang merupakan serapan air di wilayah ini adalah penyebab utama banjir
yang disebutnya sebagai banjir gila. Hingga sekarang banjir
menjadi bencana kerap dialami warga hingga tiap tahun pada musim penghujan.
Selain dampak kesehatan yang terutama sering menyerang perempuan dan anak –
anak, Lusia juga mengungkapkan bahwa banjir juga menyebabkan perekonomian warga
lumpuh “banjir menenggelamkan habis tanaman masyarakat sehingga gagal untuk
dipanen.”cetus Lusia.
Lusia juga
menambahkan bahwa sejauh ini belum ada bantuan dari pemerintah dalam meringankan
beban korban banjir yang ada di wilayah ini, bantuan sendiri justru muncul dari
organisasi non pemerintah yang lebih sigap memberikan bantuan saat terjadi
banjir.
Sungai Kayan Meluap Rumah
Warga Dilahap
Salah satu ruas jalan di Tanjung Selor yang terendam banjir |
Kerusakan lingkungan sebagai penyebab
banjir hingga membawa berbagai penyakit ini juga ditegakaskan kembali oleh
Valentina yang sehari – hari bekerja sebagai tim kesehatan di Puskesmas UPT
Kampung Dinging “Lubang – lubang bekas tambang itu bagaimanapun juga harus
ditutup. Kalau saya perhatikan, Lubang – lubang tambang ini ketika hujan meluap,
kalau bisa dijamin tanggul yang mereka buat itu aman tapi pada saat hujan yang
tidak bisa diprediksi begini akhirnya tanggul ini jebol dan kami dapat banjir
kiriman sedangkan kita tidak tahu apa yang terkandung didalam air tergenang
pada lubang – lubang tambang ini hingga warga yang mengalami berbagai macam
penyakit salah satunya penyakit kulit yang memang sering dialami warga, selain
itu warga juga terutama perempuan ada beberapa yang menderita kangker payudara,
tercatat dalam bulan ini sudah empat orang warga di wilayah kami yang menderita
kangker payudara.”Papar Valentina. Dengan kerusakan lingkungan yang kian parah
ini Valentina berharap agar pemerintah lebih memperhatikan ijin – ijin
perusahaan yang masuk baik Ijin Pertambangan maupun ijin Perusahaan Perkebunan
Kelapa Sawit. harus diperhatikan proses beroperasinya perusahaan mulai awal
hingga berjalannya aktivitas terutama dalam mengelola limbah agar tidak membuat
masyarakat menjadi korban.
Selain
itu menurut Yohanes Lihiu keluhan – keluhan terkait banjir yang menjadi status
terheboh dan meledak di media sosial (Facebook) bisa direspon oleh pemerintah
dalam hal ini oleh dinas terkait yang mestinya tanggap untuk mendorong keluh
kesah masyarakat di wilayah kerjanya untuk dapat sesegera mungkin
dipertimbangkan. Sebagian juga menyuarakan harapan mereka kepada wakilnya di
legislatif, bukan sekedar menuntut janji akan tetapi kesadaran dalam hal
kebijakan dan perlindungan.
Mobil dan motor berganti menjadi Ketinting (perahu motor) yang melintasi jalan di Tajung Selor saat banjir kian naik |
Banjir yang
terjadi di Hulu Sungai Kayan otomatis juga terjadi pada daerah hilirnya, tidak
terkuecuali Tanjung Selor yang menjadi Ibu Kota Provinsi Kaltara. Banjir
yang juga sempat dialami warga di Tanjung Selor benar – menenggelamkan
rumah dan jalan raya hingga menyulitkan warga beraktivitas karena jalan di
beberapa sudut kota tergenang air.
Deny
Nestafa warga Tanjung Selor mengungkapkan banjir seperti ini jelas bukan semata
karna hujan, menurutnya rusaknya ekosistem adalah masalah utama banjir yang
kerap terjadi di wilayah ini “Ekosistem air atau ekosistem Sungai yang ada di
Sungai Kayang sudah tidak sebaik dulu lagi dengan hadirnya perusahaan –
perusahaan yang beroperasi di hulu Sungai Kayan ditambah lagi adanya rencana
pembangunan PLTA di Sungai Kayan.”Ungkap Deny. Deny juga menambahkan
perencanaan pembangunan Kota Tanjung Selor yang tidak terkonsep juga
berkontribusi sebagai penyumbang banjir.
Bencana
banjir yang kerap melanda di beberapa wilayah Kaltim dan Kaltara harus
ditangani lebih lebih serius oleh pemerintah . Perlu dilakukan rehabilitasi
hutan serta perbaikan manajemen hutan untuk mengatasi banjir. membatasi dan
mengurangi ijin – ijin perusahaan yang akan masuk juga perlu dilakukan
mengingat banjir seperti ini sebelumnya tidak pernah terjadi saat hutan sebagai
daerah serapan air masih lestari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar