Jumat, 27 Oktober 2017

PERTEMUAN INTERNASIONAL GREAT ASSEMBLY MOTHER OF NATURE

Deklarasi Masyarakat Adat Dunia Untuk Pengakuan Dan Perlindungan Hak – Hak Masyarakat Adat


Presentasi dari salah satu peserta dari masyarakat adat di Alaska pada Great Assembly Mother of Nature

Kaltim.aman.or.id pada tanggal 11 hingga 16 Oktober 2017 diadakan Great Assembly Mother of Nature, dimana perwakilan masyarakat adat dari seluruh dunia berkumpul dan mendiskusikan proposal yang nantinya akan menjadi rekomendasi untuk pemimpin – peminpin dunia terkait hak – hak serta pengakuan dan pelindungan masyarakat adat. proposal ini juga nantinya akan disampaikan kepada PBB.

Acara Great Assembly Mother of  Nature diselenggarakan oleh The Alliance Mother Of Nature Guardian yang di support oleh NGO Planete Amazon yang berlangsung di  Conselho Indigenenista Missionario – CIMI,  Jardim do Inga sekitar 50 Km dari kota Brasilia ibukota Brazil.
Planet Amazon sendiri merupakan NGO dari Perancis dan The Alliance Mother of Nature Guardian merupakan sebuah gerakan yang terdiri dari perwakilan masyarakat adat dan LSM internasional yang diluncurkan secara resmi pada COP21 yang berlangsung di Paris pada  tahun 2015 dengan pertemuan yang melibatkan 60 peserta.

Kata sambutan dari Raoni Metuktire, Ketua Masyarakat Adat kayapo pada Great Assembly Mother of Nature

Pada pembukaan ini yang berlangsung pada tanggal 11 Oktober 2017, Chief Raoni Metuktire yang merupakan ketua dari  The Alliance Mother of Nature Guardian menyatakan “Semua orang dan genderasi selanjutnya layak mendapatkan hidup damai dengan tidak adanya lagi pertarungan dan peperangan dengan orang kulit putih serta kapitalisme yang bersifat merugikan.” Tegasnya.
Sebelunya pada pembukaan acara Great Assembly ini dilakukan ritual adat oleh beberapa perwakilan dari komunitas adat dan perkenalan ritual adat masing – masing.

Petrus Asuy dari Komunitas Adat Dayak Benuaq Ohokng Sangokng sebagai perwakilan dayak dari Borneo turut diundang dalam acara ini untuk mempresentasikan tentang perjuangan komunitasnya dalam mempertahanlan wilayah adat.

Presentasi Petrus Asuy dari Komunitas Adat Dayak Benuaq Ohokng Sangokng tentang perjuangan komunitasnya dan upaya program agrobisnis dalam mendukung perjuangan

Petrus Asuy sendiri banyak mengangkat tema Agrobisinis sebagai penunjang perjuangan komunitas adatnya. Mulai dari pembibitan pohon lokal untuk keperluan dijual dan untuk ditanam kembali di hutan adat, juga membahas tentang bisnis yang sedang dibangun komunitasnya yaitu bisnis sarang burung walet.

Petrus Asuy juga menceritakan perjuangan panjang komunitasnya yang dimulai sejak lama dari 70an hingga dikepung perusahaan sawit Longsum tahun 1993 dan berlanjut perjuangan melawan dua perusahaan sawit PT. Borneo Surya Mining Jaya dan PT. Munte Waniq Jaya Perkasa yang perjuangannya berlangsung hingga sekarang.

Pembahasan final draf Proposal sendiri dibagi menjadi empat tim, sesuai dengan umpat bahasa utama yang digunakan pada acara ini yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Portugis, Bahasa Perancis dan Bahasa Spanyol.


Setelah final dokumen selesai maka dilakukan Konfrrensi Pers di Gedung Ceser Contag, Brasilia, Brazil untuk deklarasi dokumen ini yang awanya berjumlah 17 poin menjadi 18 poin  penting dokumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar