Deklarasi Masyarakat Adat Dunia Untuk Pengakuan Dan Perlindungan Hak – Hak Masyarakat Adat
Presentasi dari salah satu peserta dari masyarakat adat di Alaska pada Great Assembly Mother of Nature |
Kaltim.aman.or.id pada tanggal 11 hingga 16 Oktober 2017 diadakan Great Assembly Mother of Nature, dimana perwakilan masyarakat adat dari seluruh dunia berkumpul dan mendiskusikan proposal yang nantinya akan menjadi rekomendasi untuk pemimpin – peminpin dunia terkait hak – hak serta pengakuan dan pelindungan masyarakat adat. proposal ini juga nantinya akan disampaikan kepada PBB.
Acara Great Assembly Mother
of Nature diselenggarakan oleh The
Alliance Mother Of Nature Guardian yang di support oleh NGO Planete Amazon yang
berlangsung di Conselho Indigenenista
Missionario – CIMI, Jardim do Inga
sekitar 50 Km dari kota Brasilia ibukota Brazil.
Planet Amazon sendiri merupakan
NGO dari Perancis dan The Alliance Mother of Nature Guardian merupakan sebuah
gerakan yang terdiri dari perwakilan masyarakat adat dan LSM internasional yang
diluncurkan secara resmi pada COP21 yang berlangsung di Paris pada tahun 2015 dengan pertemuan yang melibatkan
60 peserta.
Kata sambutan dari Raoni Metuktire, Ketua Masyarakat Adat kayapo pada Great Assembly Mother of Nature |
Pada pembukaan ini yang
berlangsung pada tanggal 11 Oktober 2017, Chief Raoni Metuktire yang merupakan
ketua dari The Alliance Mother of Nature
Guardian menyatakan “Semua orang dan genderasi selanjutnya layak mendapatkan
hidup damai dengan tidak adanya lagi pertarungan dan peperangan dengan orang
kulit putih serta kapitalisme yang bersifat merugikan.” Tegasnya.
Sebelunya pada pembukaan acara
Great Assembly ini dilakukan ritual adat oleh beberapa perwakilan dari
komunitas adat dan perkenalan ritual adat masing – masing.
Petrus Asuy dari Komunitas Adat
Dayak Benuaq Ohokng Sangokng sebagai perwakilan dayak dari Borneo turut
diundang dalam acara ini untuk mempresentasikan tentang perjuangan komunitasnya
dalam mempertahanlan wilayah adat.
Presentasi Petrus Asuy dari Komunitas Adat Dayak Benuaq Ohokng Sangokng tentang perjuangan komunitasnya dan upaya program agrobisnis dalam mendukung perjuangan |
Petrus Asuy sendiri banyak
mengangkat tema Agrobisinis sebagai penunjang perjuangan komunitas adatnya.
Mulai dari pembibitan pohon lokal untuk keperluan dijual dan untuk ditanam
kembali di hutan adat, juga membahas tentang bisnis yang sedang dibangun
komunitasnya yaitu bisnis sarang burung walet.
Petrus Asuy juga menceritakan
perjuangan panjang komunitasnya yang dimulai sejak lama dari 70an hingga
dikepung perusahaan sawit Longsum tahun 1993 dan berlanjut perjuangan melawan
dua perusahaan sawit PT. Borneo Surya Mining Jaya dan PT. Munte Waniq Jaya
Perkasa yang perjuangannya berlangsung hingga sekarang.
Pembahasan final draf Proposal
sendiri dibagi menjadi empat tim, sesuai dengan umpat bahasa utama yang
digunakan pada acara ini yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Portugis, Bahasa Perancis
dan Bahasa Spanyol.
Setelah final dokumen selesai
maka dilakukan Konfrrensi Pers di Gedung Ceser Contag, Brasilia, Brazil untuk
deklarasi dokumen ini yang awanya berjumlah 17 poin menjadi 18 poin penting dokumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar