Gapura masuk Kampung Keliwai dari Dermaga Sungai Mahakam |
Kampung Keliwai adalah salah satu kampung yang berada di Kecamatan
Long Iram, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Kampung ini berada di
pinggir Sungai Mahakam dan berseberangan dengan Kampung Long Daliq di Hilir
Sungai Mahakam. Secara horizontal Kampung Keliwai berada di tengah antara Kampung Ujoh Halang dan Kampung Long Daliq di sebelah hilir. Dari sebelah Utara Kampung
Keliwai berbatasan dengan Kampung Tukul, sebelah Timur berbatasan dengan
Kampung Tukul, di sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Ujoh Halang dan
Sungai Mahakam menjadi batas di sebelah Selatan.
Kampung Keliwai dapat
ditempuh melalui jalur darat sekitar 10 – 13 jam dari Samarinda hingga sampai
di ferry penyeberangan Kampung Leban. Dari Kampung Lebang ke Kampung Keliwai ada dua
pilihan perjalann. yang pertama apabila menggunakan motor/mobil bisa
menggunakan Ferry penyeberangan ke Long Iram, kemudian sekali menyeberang lagi
ke Kampung Bugis atau Long Iram Seberang. Dari Kampung Bugis diteruskan melaui
jalan tanah liat (biasanya saat hujan sangat licin) sekitar 15 – 30 menit
tergantung kondisi jalan. Yang kedua menggunakan Mobil, tapi sekarang sudah ada jembatan
penghubung sungai kecil yang memisahkan Kampung Leban dan Kampung Long Iram
Seberang (kampung Bugis) yang merupakan akses cepat ke Kampung Keliwai.
Suasana Kampung Keliwai di pagi hari |
Kepala Adat Kampung Keliwai Godensius Hang |
Etnis mayoritas Kampung
Keliwai di masa lalu adalah Dayak Modang yang juga merupakan pendiri
Kampung Keliwai. Kemudian seiring perjalanan waktu terjadi akulturasi serta
pembauran dengan Masyarakat Adat Dayak Bahau Saq dari Kampung Long Daliq di seberang
Kampung Keliwai hingga merubah budaya, bahasa dan cara hidup warga Keliwai
menjadi lebih bercita rasa Bahau Saq, bahkan bahasa modang tidak pernah
digunakan lagi dalam kehidupan sehari – hari Warga Kampung Keliwai.
Sejarah Kampung Keliwai
Penduduk asli Kampung
Keliwai adalah Komunitas Masyarakat Adat Dayak Modang yang berasal Long
Kelai. Dahulu dua orang bersaudara Luhat Lik dan Lubau Lik
menjadi pemimpin rombongan membawa sekitar empat ribu warganya untuk bermigrasi ke
hilir Sungai Mahakam untuk mencari tempat baru.
Pada saat melewati Muara
Sungai Boh, rombongan ini memutuskan singgah dan menetap di daerah ini.
Karangan Besar/Delta Sungai Mahakam di Kampung Keliwai yang muncul saat musim kemarau |
Dua kepemimpinan
ternyata menimbulkan rasa tidak puas bagi dua bersaudara Luhat Lik dan Libau
Lik. kedua saudara ini terlibat perkelahian mengenai arah tujuan perjalanan.
Warga yang ada dalam
rombongan tidak tinggal diam melihat pertikaian kedua pemimpin mereka, dan
akhirnya turun tangan untuk melerai perkelahian ini.
Mereka akhirnya mencari
jalan tengah untuk menghindari pertikaian kedua saudara yang merupakan pimpinan
rombongan.
Dari hasil musyawarah, maka dipecah dua jalur perjalanan. Lubau Lik dengan dua ribu warga kembali mudik ke hulu Sungai Mahakam dan mengakhiri perjalanan rombongannya dengan menetap di Long Tuyok.
Dari hasil musyawarah, maka dipecah dua jalur perjalanan. Lubau Lik dengan dua ribu warga kembali mudik ke hulu Sungai Mahakam dan mengakhiri perjalanan rombongannya dengan menetap di Long Tuyok.
Sedangkan Luhat Lik
melanjutkan perjalanan dengan berlawanan arah menuju ke hilir Sungai
Mahakam bersama sekitar dua ribu warga yang tersisa.
Tepi Sungai Mahakam di Kampung Keliwai |
Dalam perjalanannya
Luhat Lik sempat singgah di dua kampung yaitu Long Tesak dan Long Beleh.
Sebagian rombongan luhat lik ada yang singgah dan menetap di dua daerah ini.
Perjalanan Luhat Lik
terus berlanjut ke hilir Sungai Mahakam hingga menemukan tempat yang
cocok yang disebut Kampung keliwai sekarang. Sebelum menetap di Kampung Keliwai
yang sekarang. Rombongan Luhat Lik sudah mengalami perpindahan dari beberapa
kampung, sehingga kampung Keliwai memiliki wilayah adat yang sangat luas.
Diceritakan Oleh : Bang
Ipuy (Tokoh Adat Keliwai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar